Aku berlari menjauh. Menjauhi segala hal yang membuatku terikat. Dalam batin ku berkata “Aku tak mau semua ini terjadi. Hentikanlah. Aku tersiksa dengan semua ini. Haruskah aku selalu berlari menjauhi mimpi ini”. Aku ingin menyerah. Tapi ini bukanlah aku. Seberapa lama aku mampu bertahan?
Dan hari ini kuputuskan aku harus bertahan dan berjuang. Terlalu sia-sia hidupku jika hanya kugunakan untuk sekedar berlari tanpa arah dan maksud.
Mungkin semua ini akan membuatku timpang. Tapi inilah yang disebut “Sacrifice”. Dalam kegelisahan aku sering menyebutkan “Life must go on”. Tak perduli apa yang terjadi kemarin, sekarang, esok ataupun lusa. Yang jelas semua akan terjadi begitu saja. Tanpa atau dengan diriku. Takdir itu pasti hadir menyambut tiap insan.
Meskipun seberat beban aku memikir semua yang tak pernah pasti…
Dan hingga hari ini aku selalu bermimpi. Tentang masa depan dan harapan tiap jiwa raga yang ada di hadapan mata. Mengapa harus begini?
Semula aku menyatakan ini adalah sebuah ketidakadilan yang semakin lama membuatku rapuh dan kalut. Semula pula aku tak mengakui bahwa hadirku berarti. Hingga keadaan merubahku. Menjadikanku seorang remaja yang lebih mengetahui makna hadirku. Tak kusalahkan siapapun mengapa semua ini terjadi. Sekali untuk kesekian kali aku berkata dalam diri “Inilah aku”. Entah seberapa lama aku harus bertahan. Tapi aku harus bertahan.
Bukan suatu yang mustahil pula aku merubah keadaan menjadi lebih baik. Aku yakin akan keajaiban Tuhan.
Selama ini aku merasa ada kebimbangan dalam tiap langkahku. Sedikit aku berpikir tiap detik waktu untuk mencari segala yang mungkin dapat aku selesaikan dalam sekejap waktu. Namun tak selamanya yang kulakukan tepat. Yang kututurkan terjadi. Dan yang kuinginkan terwujud.
Seperti itu pula apa yang orang lain pikir tentang diri mereka masing – masing.
Tapi mengapa pula aku masih merasa janggal?